BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar
merupakan suatu aktivitas perubahan manusia untuk menjadi suatu yang lebih dari
sebelumnya. Belajar merupakan perubahan pola pikir, pola rasa, dan pola tingkah
laku. Manusia haus belajar untuk bisa mempertahankan hidupnya di dunia ini.
Belajar juga merupakan sarana manusia untuk memahami ilmu ataupun segala
sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan Allah. Melalui proses belajar manusia
dapat memahami dan meyakini keberadaan pengaturNya. Proses belajar dalam penggalian
ilmu merupakan suatu kewajiban bahkan suatu kebutuhan manusia yang dijadikan
dasar dalam berperilaku dan beraplikasi terhadap suatu ilmu. Hal ini sesuai
dengan sabda Allah dalam surat Al Isra ayat 36 yang berbunyi :
”Dan janganlah kamu
melakukan sesuatu tanpa dasar ilmu, sesungguhnya penglihatan, pendengaran, dan
hati akan dimintai pertanggungjawabannya”.
Allah memberikan
sarana berupa penglihatan, pendengaran, dan qolbu yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk belajar sepanjang hidup. Kemampuan seseorang untuk memahami dan
menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan
ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara
berbeda
untuk bisa memahami
sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Sebagian siswa lebih suka guru
mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu
mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa
lain lebih suka
guru mereka mengajar
dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil
untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Cara lain
yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang menempatkan guru
tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang
beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan
sambil menggambarkan isi ceramah itu
dalam bentuk yang
hanya mereka pahami sendiri. Ada beberapa siswa yang lebih suka apabila pembelajaran
dengan ditunjukkan gambar-gambar, ada siswa yang sangat senang belajar dengan
ceramah yaitu mendengarkan guru, dan juga ada siswa yang senang belajar
bergerak, dia tidak suka lama-lama duduk dibangku.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian gaya belajar?
2.
Model-model gaya belajar?
3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi gaya belajar ?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui arti gaya belajar.
2.
Mengetahui model-model gaya belajar.
3.
Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dari
gaya belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN GAYA BELAJAR
Ada beberapa pengertian gaya belajar menurut para ahli
diatarnya :
Menurut Kosasih A Jahiri Gaya belajar adalah segala faktor yang
mempermudah dan mendorong siswa/mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang
telah ditentukan.
Menurut DePorter dan Hernacki gaya belajar adalah
kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.
Menurut James dan Blank gaya belajar didefinisikan
sebagai kebiasaan belajar dimana seseorang merasa paling efisien dan efektif
dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan sesuatu yang dipelajari.
Menurut McLoughlin gaya belajar
adalah menyimpulkan bahwa istilah gaya belajar merujuk pada kebiasaan dalam
memperoleh pengetahuan.
Menurut Honey dan Mumford (1992)
mendefinisikan gaya belajar sebagai sikap dan tingkah laku yang menunjukkan
cara belajar seseorang yang paling disukai.
Gaya
belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pembelajar. Umumnya,
dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian,
termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan
pengalaman pendidikan. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui pada
awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani.
Hal ini akan memudahkan bagi pebelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk
mengajar dalam proses pembelajaran. Pebelajar akan dapat belajar dengan baik
dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut
memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat.
Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman
hidup. Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan,
pendengaran, dan kinestetik. Setiap orang memiliki kekuatan belajar atau gaya
belajar. Semakin kita mengenal baik gaya belajar kita maka akan semakin mudah
dan lebih percaya diri di dalam menguasai suatu keterampilan dan konsep-konsep
dalam hidup. Di dunia pendidikan,
istilah gaya balajar mengacu khusus untuk penglihatan, pendengaran, dan
kinestetik.
2. MODEL-MODEL ATAU
MACAM-MACAM GAYA BELAJAR GAYA BELAJAR
A. Macam-Macam Gaya Belajar
Menurut Cynthia
Ulrich Tobias
Cynthia Ulrich Tobias menjelaskan bahwa ada empat gaya atau
cara belajar anak. Dia mendasarkan pokok pikirannya itu dari hasil riset Dr.
Anthony F. Gregorc. Model yang dikembangkannya memberikan wawasan yang sangat
berharga mengenai bagaimana pikiran kita MENERIMA dan MENGGUNAKAN informasi
diantaranya :
1. .
Sekuensial Kongkret (Kongkret Berurutan)
Anak yang bertipe Kongkret Berurutan biasanya mengalami
kesulitan apabila diminta untuk menangkap suatu pelajaran yang bersifat abstrak
dan yang memerlukan daya imajinasi yang kuat. Ia cenderung menangkap pelajaran
yang di opresentasikan secara verbal dan yang dapat ia lihat. Dengan kata lain,
ia membutuhkan banyak contoh atau peragaan dan semua ini disajikan dalam bentuk
yang sistematis dan berurutan. Anak ini tidak bisa diburu-buru untuk
menyelesaikan tugasnya, karena dia harus benar-benar memahami informasi yang
diterimanya satu demi satu. Ini tidak berarti bahwa ia lebih lambat dari pada
anak yang lain. Ketertarikannya terhadap kerapian, membuat dia sukar menerima
beberapa informasi yang datang bersamaan. Istilah kunci baginya adalah SATU
DEMI SATU dan NYATA.
2. Sekuensial Abstrak (Abstrak Berurutan)
Anak yang
bertipe Abstrak Berurutan dilengkapi Tuhan dengan kemampuan penalaran yang
tinggi. Anak ini cenderung kritis dan analitis karena dia memiliki daya
imajinasi yang kuat. Pada umumnya ia menangkap pelajaran atau informasi secara
abstrak dan tidak memerlukan peragaan yang kongkret. Biasanya ia bersifat
pendiam dan menyendiri karena ia sibuk berpikir dan menganalisa. Ia pun lebih
menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan secara sistematis. Istilah
kunci baginya adalah SATU DEMI SATU dan IMAJINATIF.
3. Random Abstrak (Abstrak Acak)
Anak yang bertipe Abstrak Acak, pelajaran yang disajikan
secara berurutan atau sistematis tidaklah menarik. Cara belajar anak model ini
tidak teratur dan penjadwalan sangat menyiksa dirinya. Ia tidak terbiasa
terpaku oleh pengajaran di dalam kelas; baginya semua pengalaman hidup
merupakan pelajaran yang berharga. Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan
IMAJINATIF.
4. Random Kongkret (Kongkret Acak)
Anak yang bertipe Konkret Acak adalah anak yang penuh dengan
energi dan ide-ide yang segar. Ia belajar banyak melalui pancaideranya dan
tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang memerlukan penalaran abstrak. Ciri
praktisnya yang diperkuat oleh kemampuannya menerima pelajaran secara acak
membuatnya menjadi orang yang penuh dengan ide-ide yang baru. Kesulitannya
adalah melakukan hal-hal yang sama, sebab baginya hal ini sangat membosankan.
Anak bertipe ini cenderung mengalami masalah dalam sistem pengajaran di sekolah
sebab ia bukanlah tipe penurut. Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan NYATA.
B. Macam-macam gaya belajar
menurut DePorter
Menurut DePorter dan Hernacki, gaya
belajar Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam
memproses informasi (perceptual modality). Diantaranya :
1. Visual (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitik
beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus
diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini
mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat
sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga
memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat
memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima
terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran
secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata
atau ucapan.
- Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
- Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
- Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
- Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
- Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
- Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
- Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
2.
AUDITORI (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai
alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar,
baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini
adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk
tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar
Auditori yaitu :
- Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
- Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di tv/ radio
- Cenderung banyak omong
- Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
- Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/ menulis
- Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
- Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
3. Kinestetik (Kinesthetic
Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada
beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai
alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan
memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap
informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar
Kinestetik yaitu :
- Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar
- Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
- Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
- Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
- Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
- Menyukai praktek/ percobaan
- Menyukai permainan dan aktivitas fisik
C. Macam-Macam Gaya Belaja
Menurut Kolb
Kolb, salah seorang ahli pendidikan
dari Amerika Serikat mengklasifikasikan Gaya
Belajar Siswa ke dalam empat
kecenderungan utama yaitu :
1. Concrete
Experience (CE). Siswa belajar
melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap
perasaan orang lain. Siswa melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru,
siswa cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan
yang dihadapinya.
- Abstract Conceptualization (AC). Siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang sistematis.
- Reflective Observation (RO). Siswa belajar melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat, siswa mengobservasi dan merefleksi pengalamannya dari berbagai segi.
- Active Experimentation (AE). Siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan .
Selanjutnya
Kolb mengemukakan, bahwa setiap individu tidak didominasi oleh satu gaya
belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk kombinasi dan
konfigurasi gaya belajar tertentu, yang diklasifikasikannya ke dalam 4
(empat) tipe:
Tipe 1. Diverger.
Tipe ini
perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective
Observation (RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling)
dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Diverger memiliki
keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak
sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang
bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan
“bertindak”. Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya
untuk menghasilkan ide-ide dan gemar mengumpulkan berbagai informasi,
menyukai isu tentang kesusastraan, budaya, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial
lainnya. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “Why?”. Peran
dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai
Motivator.
Tipe 2. Assimilator.
Tipe kedua
ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective
Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran (thinking)
dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator memiliki
keunggulan dalam memahami dan merespons berbagai sajian informasi serta
mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan
jelas. Biasanya siswa tipe ini cenderung lebih teoritis, lebih
menyukai bekerja dengan ide serta konsep
yang abstrak, daripada bekerja dengan orang.
Tipe 3. Converger.
Tipe ini
perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective
Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking)
dan berbuat (doing). Siswa mampu merespons terhadap berbagai peluang
dan mampu bekerja secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan
secara baik. Siswa gemar belajar bila menghadapi soal dengan
jawaban yang pasti, dan segera berusaha mencari jawaban yang
tepat. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis
(aplikatif). Dia cenderung tidak emosional dan lebih menyukai bekerja yang
berhubungan dengan benda dari pada manusia, masalah sosial atau hubungan antar
pribadi..
Tipe 4. Accomodator
Tipe ini
perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active
Experimentation (AE) atau dengan kata lain kombinasi antara
merasakan (feeling) dengan berbuat (doing). Siswa
tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi baru
untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa tipe
ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam
berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka
biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/informasi)
dibanding analisa teknis. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan
intuisi/dorongan hati daripada
berdasarkan analisa logis, sering menggunakan trial and error dalam
memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori
yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya.
3.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HAYA BELAJAR
Secara umum
faktor-faktor yag mempengaruhi gaya belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal . kedua faktor tersebut saling memengaruhi
dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A.
Faktor
Internal
Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat memengaruhi gaya belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1.
Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi
dua macam.
Pertama,
keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada
usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif.
2.
Factor psikologis
Factor –faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses gaya
belajar. Beberapa factor psikologis yang utama mempengaruhi proses gaya belajar
adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
A.
kecerdasan /intelegensia siswa
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya
otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi
otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper
seluruh aktivitas manusia.
B.
Motivasi
Motivasi adalah
salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994)..
Dari sudut
sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi
ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam
diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga
telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Motivasi
ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
C.
Minat
Secara
sederhana,minat (interest) kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah
istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap
berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
moativasi, dan kebutuhan.Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya
dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas
belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.
D.
Sikap
Sikap adalah
gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa
dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).Sikap siswa
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada
performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
E.
Bakat
bakat adalah
kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
B.
Factor-faktor
eksogen/eksternal
Selain
karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan
nonsosial.
1.
Lingkungan social
a.
Lingkungan social sekolah, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
belajar.
b.
Lingkungan social massyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
c.
Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini
sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
2.
Lingkungan non social.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a.
Lingkungan alamiah, seperti
kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b.
Factor instrumental,yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c.
Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke
siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas
belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
keterangan diatas, kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut bahwa :
Kemampuan
seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda-beda
tingkatannya, ada yang cepat, ada yang sedang, ada pula yang lambat. Karenya
sering kali menempuh cara yang berbeda-beda.
Sebagian
siswa ada yang suka gurunya menulis dipapan tulis, sebagian lainya ada yang
suka disampaikan langsung melalui lisan, ada pula sebagian kecil lainnya yang
menyukai cara dengan membuat kelompok kecil untuk berdiskusi tentang materi
yang diajarkan.
Ada
pula bagian kecil lainnya yang menyukai cara belajar dengan ‘’ wasailil idhah
‘’ atau dengan menggunakan alat, gambar dan bentuk benda yang lain yang dapat
dengan mudah di cerna oleh otak yang susah untuk menerima pelajaran dengan
tulisan dan dengan lisan.
Terkadang
gaya belajar siswa tergantung pada sifat, karakteristik, seorang siswa dalam
menangkap apa yang disampaikan oleh gurunya.
Dengan
begini adanya, para guru dituntut untuk
dapat memahami setiap sifat-sifat para siswa, baik internalnya maupun
eksternal. Baik dari segi sikolognya, maupun lingkungan tempat tinggalnya yang
menjadi salah satu faktor pembelajaran.
Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi gaya belajar itu sendiri adalah :
Ø Faktor internal.
·
Faktor
jasmaniah
·
Faktor psikis
·
Faktor
kelelahan
Ø Faktor eksternal
·
Faktor keluarga
·
Faktor sekolah
·
Faktor
masyarakat
Diantara beberapa faktor ini, jelas
adanya bahwa tidak bisa kita menilai atau mengajak siswa untuk memudahkan
pembelajaran jika kita belum mengenal situasi atau keadaan psikis anak didik
tersebut.
Langkah awal yang harus kita pahami
yaitu dari faktor internalnya, segi kesehatan, cacat tubuh atau keadaan
jasmaniahnya dari langkah psikis pun kita melihat juga dari segi
intelejensinya, perhatian, minat, bakat dll.
Sebagai seorang pendidik, guru dituntut
untuk dapat memahami siswa baik internalnya maupun eksternalnya, maka seorang
guru dapat mengetahui apa dan bagaimana cara mengajar siswa yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Emirina. 2009. Gaya Belajar pada Anak (
http://emirina.wordpress.com )
Farhan Shota. Gaya Belajar Insan Pembelajar (
http://jendela-dunia.co.cc )
Furqan. 2009. Karakteristik Belajar Siswa (
http://www.alfurqan.or.id )
Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar, (http://ridwan202.wordpress.com
)
Slameto, 1988, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (
Jakarta :
Bina Aksara )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar