makalah
|
Komunikasi
lintas Budaya
|
Budaya
Sebagai Kontek Komunikasi
|
|
Dibuat oleh :
|
Agus Miftah
|
Makalah ini di tujuakan untuk memenuhi
perkuliahan mata kuliah lintas budaya yang di tugaskan oleh bapak Dr. Yosal
Iriantara S.sos.
|
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang Masalah
Makalah
Komunikasi Antarbudaya ini merupakan tugas pengganti UTS (Ujian Tengah
Semester) makalah ini merupakan pengganti dari ujian tertulis dan menjelaskan bentuk
komunikasi lintas budaya serta distorsi dalam pengilmplementasiannya.
I.2. Perumusan Masalah
Berikut
daftar pertanyaan yang merupakan dasar dari pembuatan makalah ini:
- Jelaskan keterkaitan antara
komunikasi internasional, komunikasi antar etnis dan komunikasi antar ras
dengan komunikasi antar budaya!
- Mengapa stereotipe, prasangka
dan etnosentrisme menjadi hambatan/penghalang dalam konteks komunikasi
antar budaya?
- Langkah – langkah apa yang akan
anda tempuh ketika anda bertemu dengan orang baru dalam konteks komunikasi
antar budaya?
- Kemukakan pengalaman antar
budaya yang anda alami!
- Sejauh mana pengaruh/urgensi
mata kuliah komunikasi antar budaya dengan profesi anda sebagai jurnalis
nantinya?
I.3. Tujuan
Makalah ini
berusaha menjawab pertanyaa-pertanyaan diatas dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuan penulis atas dasar buku-buku dan sumber-sumber lain yang
penulis gunakan sebagai referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
- Komunikasi internasional
menurut K.S. Sitaram, ialah komunikasi antar struktur –struktur politik
alih – alih antar budaya – budaya individual. Itu berarti komunikasi
internasional berlangsung antar bangsa – bangsa, yang diwakili oleh
biasanya pemimpin negaranya, presiden atau wakilnya dan sebagainya. Dengan
membawa kepentingan negaranya dalam upaya meyakinkan negara lain atas
kebijakan negaranya.. dalam konteks komunikasi atar budaya, jelas
komunikator dan komunikan dalam komunikasi internasional berasal dari
latar belakang budaya dan tentunya bahasa yang berbeda. Hal tersebut tentu
saja bisa menjadi hambatan yang besar bila masing –masing pihak tersebut
tidak dapat memahami budaya masing – masing yang jelas sangat berbeda.
Sebagai contoh, untuk sebuah kepentingan negara, Presiden RI terbang ke
Belanda. Sesaat samapai di istana PM Belanda. Presiden yang juga orang
Jawa disambut oleh PM Belanda dan juga para stafnya dengan berdiri tegak.
Hal ini tentu saja akan menjadi hambatan bilas sang Presiden tidak
memahami cara orang Belanda menghormati tamunya yaa dengan berdiri tegak.
Untuk itu amat penting memahami budaya –budaya lain guna terciptanya komunikasi
yang efektif dan harmonis dalam komunikasi internasional.
Komunikasi
antarras. Ialah komunikasi yang terjadi antar pihak – pihak yang berbeda ras.
Artinya komunikator dan komunikan dalam komunikasi antarras berasal dari ras
yang berbeda, misalnya komunikasi yang berlangsung antara orang Amerika dan
orang Indonesia. Hambatan dalam komunikasi antarras ialah sikap curiga terhadap
pihak lain. Sebagai contoh sebagian masyarakat Amerika memandang bahwa
Indonesia sebagai negara muslim, dan muslim merupakan teroris. Kecurigaaan
tersebut tentu menjadi hambatan yang besar bagi orang Indonesia dan orang
Amerika yang menjalin komunikasi yang efektif.
Komunikasi
antaretnis ialah komunikasi yang terjalin antaretnis yang berbeda
meskipun berasal dari ras/suku bangsa yang sama. Berbeda etnis bisa dikatakan
berbeda budaya. Sebagai contoh, ada dua orang jakarta yang berkunjung ke rumah
salah satu temannya di Jogjakarta. Mereka menginap untuk beberapa hari. Pada
satu sore mereka mengobrol. Tiba – tiba teman Jogjanya bertanya kepada dua
orang jakarta..eh kalian mau beton ga, ibuku lagi masak beton nie di dapur?
Tentu saja dalam keadaan bingung dan perasaan tidak enak menolak, mereka
mengangguk saja. Pikir mereka kuat sekali orang Jogja, beton aja dijadiin
makanan. Ketika makanan datang seaya dijelaskan oleh temannya itu, mereka baru
tau bahwa beton itu ya biji nagka yang direbus. Untuk itu diperlukan pemahaman
dan saling pengertian akan budaya masing – masing merupakan kunci keberhasilan
atau efektifnya komunikasi antaretnis tersebut.
Komunikasi
antarbudaya, ialah proses pertukaran informasi yang terjalin antara individu –
individu yang memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda. Komunikasi yang
tejalin antar bangsa – bangsa/Internasional, antarras dan antaretnis termasuk
kedalam komunikasi antarbudaya. Pada intinya untuk bisa menjalin koomunikasi
yang efektif Komunikasi internasional, antarras dan antaretnis membutuhkan
sebuah kunci, yakni budaya baik yang dikomunikasikan dalam bentuk verbal maupun
nonverbal. Dengan memahami budaya masing – masing bangsa, ras dan etnis akan
sangat mempengaruhi berhasi tidaknya komunikasi tersebut.
- Prasangka ialah apa yang ada
dalam pemikiran kita terhadap individu dan kelompok lain seperti dalam
hubungan ras dan etnis atau melalui media massa yang populer. Prasangka
menjadi hambatan dalam komunikasi antarbudaya karena biasanya ada
pandangan negatif ayng diiringi oleh adanya pemisahan yang tegas antara
perasaan kelompokku (in group) dan perasaan kelompokmu ( out group
feeling). Oleh sebab itu komunikasi yang diawali oleh adanya prasangka
tidak akan berjalan dengan efektif. Ada tiga tipe tipe prasangka yang kita
kenal, yakni:
- Prasangka kognitif, yakni
prasangka yan berada pada ranah pemikiran, benar atau salah.
Menurut kelompoknya terhadap kelompok lain.
- Prasangka afektif, yakni
prasangka yang berada pada ranah perasaan, suka atau tidak suka.
- Prasangka konatif, yakni
prasangka yang berada pada ranah perbuatan/perilaku/action. Pada ranah
ini bila suatu kelompok tidak suka pada kelompok lain maka kelompok
tersebut akan di deskrimninasi dan dijauhkan.
Stereotip
ialah salah satu bentuk hambatan dalam komunikasi antar budaya.stereotipe
merupakan sebuah pengeneralisasian terhadap individu – individu yang berada
dalam suatu kelompok tanpa informasi yang memadai dengan mengabaikan
karakteristik individu –individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Stereotipe identik terhadap perbedaan suku, ras, etnis, kelompok
agama/kepercayaan.sikap dalam komunikasi yang berdasarkan stereotipe jelas akan
menghambat terjadinya komunikasi yang efektif dan harmonis.
Etnosentrisme
didefinisikan sebagai kepercayaan pada superioritas inheren kelompok atau
budayanya sendiri. Dalam konteks etnosentrisme, orang atau kelimpok yang
berbeda dipandang lebih rendah dari kelompoknya. Dengan kata lain etnosentrisme
merupakan upaya membanding bandingkan /mengukur/memandang budaya sendiri dengan
budaya lain.
Jadi
jelaslah bahwa komunikasi yang efektif dan harmonis tidak akan tercipta bila
aktor – aktor dalam komunikasi tersebut masih memiliki prasangka (negatif),
stereotipe maupun etnosentrisme.
Komunikasi
antar budaya akan berjalan dengan efektif bila hambatan-hamabtan tersebut dapat
diatasi, diantaranya bila:
- Pihak pihak yang berkomunikasi
tersebut mampu meletakkan dan memfungsikan komunikasi didalam suatu
konteks kebudayaan lawan bicaranya.
- Pihak – pihak yang
berkomunikasi mampu meminimalkan kesalahpahaman atas pesan – pesan yang
dipertukarkan.
- Pihak pihak yang berkomunikasi
memiliki keterampilan komunikasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
tekanan antar budaya serta memiliki kemampuan untuk membangun relasi –
relasi antar budaya.
- Saya akan mulai dengan
mengamati dan menganalisa orang seperti apa yang akan saya ajak
berkenalan, baik dari body languagenya, bahasa maupun caranya berpakaian
dan berbicara karena itu akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya proses
komunikasi yang akan saya jalankan. Kedua, saya akan sedikit berbasa –
basi tentang kondisi/situasi yang sama-sama sedang kami hadapi (terjebak
macet misalnya), barulah saya akan mulai mengajaknya berkenalan.
- Pengalaman ini terjadi saat
awal –awal perkuliahan semester satu. Saya ialah mahasiswa yuang berasal
dari Jakarta, jadi belum mengerti bahasa sunda. Pada waktu itu sepulang
kuliah saya berbincang-bincang dan bertanya kepada kosma kelas, namanya
Lega yang merupakan orang Cimahi(tentunya mahir berbahasa sunda). Ketika
itu saya menanyakan jadwal kuliah untuk besok.
Saya
: Ga, besok kuliah apa ja n jam berapa?
Lega
: ada dua, pengantar Ilmu komunikasi sama bahasa inggris. Pengantar ilmu
komunikasi setengah salapan trus bahasa inggrisnya jam sapuluh.
Saya
…ywdah thx ya ga, sekaligus menutup
pembicaraan dan berjalan pulang.
Keesokannya
saya berangkat pukul 07.20 dari kosan. Sesampainya di kampus, saya tidak
mendapati satu orang pun teman saya. Pada waktu itu saya berpikir pasti saya
dikerjai ini sama lega. Akhirnya saya menelpon lega dan kembali menegaskan.
Saya
: assalamualaikum…..ga’, nire w soleh….
Lega :
waalaikum salam. Oia kenapa leh??
Saya
: gimana sie ga’…katanya masuk setengah delapan, ko ga da nak-nak sie
dikampus???
Lega
: setengah delapan….kan kemaren saya bilang setengah salapan…
Saya
: iya…kan setengah delapan kan???
Lega
: o…maaf lo ga ngerti bahasa sunda ya…setengah salapan itu setengah sembilan,
bukan setengah delapan…
Saya
: o…..pantes masih sepi..ywdah thxz ya ga….assalamualaikum
Lega
: sama – sama. Waalaikum salam
- Memahami budaya lain diluar
budaya yang kita miliki menurut saya sangat penting, terutama untuk
seorang jurnalis yang notabene selalu berkomunikasi dan bersentuhan dengan
orang orang yang memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda guna
mencari dan menggali informasi. Dalam mencari dan menggali dari seorang
narasumber, tentu lah ia harus lebih dahulu mengenal siapa narasumber
tersebut, sehingga ketika wawancara berlangsung tidak terjadi
kesalahpahaman dan hambatan. Untuk itu komunikasi antarbudaya perlu
dipahami dan diterapkan dengan baik oleh seorang jurnalis guna menunjang
terciptanya komunikasi yang efektif sehingga mendapatkan informasi yang
diinginkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Memahami dan
menghormati budaya sendiri dan budaya lainnya merupakan salah satu kunci
keberhasilan terciptanya komunikasi yang efektif dalam komunikasi antarbudaya.
Seorang
junalis dalam menjalankan profesinya tidak akan terlepas dari komunikasi,
karena seorang jurnalis dalam mencari informasi harus berkomunikasi/melakukan
wawancara dengan narasumber yang bisa saja memiliki budaya yang berbeda. Untuk
itu komunikasi antarbudaya perlu dipahami dan diterapkan dengan baik oleh
seorang jurnalis guna menunjang terciptanya komunikasi yang efektif kepada
narasumber sehingga mendapatkan informasi yang diinginkan.
Daftar
Pustaka
- Anugrah dan Winny Kresnowati,
2008. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Jala Permata.
- http://luciatriedyana.wordpress.com/
- www. Romeltea.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar